Istilah “teori” berasal dari Latin theoria atau bahasa Yunani theoros
yang berarti spectator atau
pengamat, yaitu orang yang mengamati , menyaksikan, atau melihat. Secara istilah
teori dapat diartikan sebagai hasil pengamatan atau penglihatan manusia yang
kemudian diabstraksi (dan kadang-kadang dikembangkan secara spekulatif ), disusun menjadi
proposisi-proposisi (hubungan dua konsep atau lebih) dan pada gilirannya digunakan untuk
mengkomunikasikan secara ringkas dan padat hasil pengamatan tersebut (Kusdi,
2009: 2-3). Senada dengan definisi itu, Kerlinger menyatakan bahwa teori adalah
serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi dan proposisi untuk menerangkan
suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar
konsep (Singarimbun & Effendi, 2011: 37). Jadi disini teori dapat kita simpulkan sebagai
serangkaian asumsi, konsep, konstrak, dan proposisi yang menerangkan suatu
fenomena berdasarkan hasil pengamatan yang dilkakukan sebelumnya.
Pengambilan keputusan menurut Tarigan, adalah memilih
tindakan untuk menyelesaikan permasalahan (Tarigan, 2005: 6). Sementara William
R. Dill memberikan definisi keputusan
sebagai suatu pilihan terhadap pelbagai macam alternatif (Islamy, 2004:
22). Senada dengan itu, Robbins (2008: 187) menyatakan bahwa membuat keputusan
berarti membuat pilihan- pilihan dari dua alternatif atau lebih. Jadi
pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai proses membuat pilihan dari beberapa
alternatif pilihan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat kita pahami, bahwa teori
pengambilan keputusan adalah serangkaian konsep, asumsi, proposisi yang
menerangkan fenomena pengambilan keputusan. Teori-teori tersebut menjelaskan
bagaimana suatu keputusaan dibuat pada sebuah organisasi berdasarkan pengamatan
dan penelitian yang telah dilakukan secara ilmiah secara ilmiah.Teori-teori
tersebut membantu kita dalam memahami proses pengambilan keputusan.
Menurut Brinckloe, ada
beberapa teori yang menjelaskan bagaimana keputusan dibuat, yaitu aliran
birokratik, aliran manajemen saintifik, aliran hubungan kemanusiaan, aliran
rasionalitas ekonomi, aliran satisficing, dan aliran analisis sistem.
1. Aliran Birokratik
Teori
memberi tekanan yang cukup besar pada
arus dan jalannya pekerjaan dalam struktur organisasi. Teori ini menyatakan
bahwa keputusan dibuat oleh atasan, dan bawahan bertugas menyediakan
informasi yang dibutuhkan oleh atasan
dalam proses pengambilan kepputusan. Sebagaimana dinyatakan oleh J. Salusu (1996:
71) bahwa tugas dari eselon bawah ialah melaporkan masalah, memberi informasi,
menyiapkan fakta dan keterangan-keterangan lainnya kepada atasannya. Dengan
menggunakan segala pengetahuan dan keterampilan
dan kemampuannya, atasan tadi membuat keputusan setelah mempelajari semua informasi tadi.
2. Aliran Manajemen Saintifik
Teori ini
menekankan pada pandangan bahwa tugas-tugas itu dapat dijabarkan ke dalam
elemen-elemen logis, yang dapat digambarkan secara saintifik. Sementara,
manajemen sendiri memiliki kemampuan untuk menganalisis dan menyelesaikan suatu
masalah (Salusu, 1996: 71). Jadi manajemen saintifik sebuah keputusan dibuat
dengan menggunakan metode-metode ilmiah yang logis.
3. Aliran Hubungan Kemanusiaan
Teori ini berpendapat bahwa organisasi dapat berbuat lebih
apabila banyak perhatian diberikan kepada manusia dalam organisasi itu, seperti
yang menimbulkan kepuasan kerja, peran serta dalam pengambilan keputusan,
memberlakukan organisasi sebagai suatu kelompok sosial yang mempunyai tujuan (Salusu,
1996: 72). Jadi terkait dengan pengambilan keputusan teori ini berpendapat
bahwa pengambilan keputusan sebaiknya mengikutsertakan bawahan, serta menarik
aspirasi dari bawahan. Agar dalam pengambilan keputusan terjalin koordinasi dan
kerjasama yang baik antara atasan dengan
bawahan maka dibutuhkan kedekatan emosional antara keduanya. Oleh karena itu
dalam organisasi, perlu untuk memperhatikan kenyamanan dan kepuasan kerja
bawahan melalui pendekatan-pendekatan emosional.
4. Aliran rasionalitas ekonomi
Teori ini memandang organisasi sebagai suatu unit ekonomi
yang mengkonversi masukan (input)
menjadi luaran (output), dan yang
harus dilakukan dengan cara yang paling efisien. Menurut teori ini suatu
langkah kebijakan akan terus berlangsung
sepanjang itu mempunyai nilai yang lebih
tinggi daripada biayanya (Salusu, 1996: 72). Dalam pengambilan keputusan
, teori ini mengutamakan salah satu unsur
rasionalitas yang erat kaitannya dengan studi ekonmi, yaitu prinsip
efisiensi. Sehingga menurut teori ini, suatu keputusan akan diambil ketika manfaat
yang akan diperoleh dari kebijakan tersebut lebih tinggi daripada cost yang dibutuhkan.
5. Aliran Satisficing
Aliran ini memandang bahwa tidak ada suatu keputusan suatu
keputusan yang sempurna. Seorang manajer
selalu dipenuhi berbagai masalah dalam membuat keputusan yang cukup rasional. Para
manajer sesungguhnya bermaksud membuat keputusan yang rasional, tetapi karena
keterbatasan kognitif, ketidakpastian, dan keterbatasan waktu, memaksa mereka
mengambil keputusan dalam kondisi bounded
rasionality (Salusu, 1996: 72). Pendapat ini senada dengan pernyataan
Robbins (2008: 195), bahwa keputusan dalam organisasi dibuat dalam kerangka
rasionalitas yang dibatasi. Hal ini karena keterbatasan informasi dan
keterbatasan kemampuan pikiran manusia untuk merumuskan dan menyelesaikan
masalah-masalah yang kompleks.
Menurut
Simon, hal-hal yang membatasi upaya pengambilan keputusan yang rasional adalah:
1. Informasi yang sempurna dan tidak
lengkap.
2. Kompleksitas permasalahan yang
dihadapi.
3. Keterbatasan kapasitas pengelolaan
informasi manusia.
4. Keterbatasan waktu yang tersedia
untuk mengambil keputusan.
5. Politik internal organisasi yang
menimbulkan preferensi-preferensi yang saling berlawanan tentang tujuan-tujuan
organisasi.
6. Aliran Analisis Sistem
Aliran ini berpendapat bahwa setiap masalah berada dalam
suatu sistem yang terdiri atas berbagai subsistem yang keseluruhannya merupakan
satu kesatuan seperti terlihat ppada kata-kata dalam kotak teka-teki, dimana
setiap kata mempunyai kaitan dan dampak
satu terhadap yang lain (Salusu, 1996: 72). Jadi tidak ada masalah yang berdiri
sendiri, karena salah satu ciri masalah publik adalah saling terkait satu sama
lain. Sehingga menurut aliran ini idealnya decision
maker dalam mengambil keputusan,
harus melihat sebuah permasalahan secara komprehensif.
Cornell yang membahas secara khusus tentang pengambilan
keputusan dari segi analisis sistem, menyatakan bahwa tujuan utama dari
analisis sistem ialah mendidik para pengambilan keputusan untuk berpikir dengan
cara yang teratur menyeluruh, lebih dari sekadar menyusun formula , atau
bermain dengan angka-angka dan komputer (Salusu, 1996: 73).
Analisis
sistem adalah suatu siklus dari sederetan aktivitas sebagai berikut:
1.
Merumuskan sasaran-sasaran (masalah dan peluang)
2. Merekayasa sistem-sistem alternatif
untuk mencapai sasaran tersebut
3. Mengevaluasi alternatif-alternatif
dengan mempertibangkan aefektivitas dan biaya
4. Mempertanyakan semua sasaran dengan
asumsi-asumsinya
5. Membuka alternatif-alternatif baru
6. Menetapkan sasaran-sasaran baru
7. Mengulangi langkah-langkah diatas
sampai penyelesaian yang memuaskan tercapai.
Studi
Kasus
Presiden mengeluarkan kebijakan konversi minyak ke gas yang
merupakan salah satu dari lima kebijakan pemerintah dalam rangka
penghematan energi nasional. Program ini
berlaku sejak tanggal 1 April 2012. Menurut Presiden, saat ini harga minyak
mentah dunia tengah bergejolak. Kebijakan konversi salah satu upaya untuk
mengantisipasi krisis global yang tengah melanda sebagian negara di benua Eropa
(www.female.kompas.com). Keputusan ini dibuat oleh presiden setelah melalui
pertimbangan dan informasi dari beberapa bawahannya, seperti Menteri ESDM, Menko Perekonomian, Menteri
Sekretariat Negara, Staf Khusus Presiden Ekonomi dan Keuangan,dsb.
Kebijakan presiden diatas merupakan salah satu contoh penerapan
aliran birokratik dalam pengambilan keputusan. Karena menurut aliran birokratik dalam pembuatan
keputusan, bawahan bertugas menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh atasan,
dan kemudian atasan membuat keputusan dengan menggunakan kemampuan dan
pengalamannya berdasarkan informasi, data, dan fakta yang dikumpulkan oleh
bawahan.
Referensi:
Islamy,
Irfan. 2004. Prinsip-Prinsip Perumusan
Kebijakan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.
Kusdi. 2009.
Teori Organisasi dan Administrasi. Jakarta: Salemba Humanika.
Robbins,
Stephen. 2009. Perilaku Organisasi.
Jakarta: Salemba Empat.
Salusu, J.
1996. Pengambilan Keputusan Stratejik untuk Organisasi Publik dan Organisasi
Non Profit. Jakarta: Grasindo.
Singarimbun
dan Sofian Effendi. 2011. Metode Penelitian Survei. Jakarta:
LP3ES.
Tarigan,
Robinson. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah (Edisi Revisi). Jakarta: PT
Bumi Aksara.
http://female.kompas.com/read/2012/01/19/20321582/Presiden.Mari.Sukseskan.Konversi.BBM.ke.Gas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar